Negara Agraris Pengimport Pangan

Waktu terus brelalu dan dalam beberapa jam lag, tahun akan berganti. Banyak harapan akan perubahan di tahun yang akan datang dengan berkaca pada pencapaian ataupun kegagalan di tahun, dan tahun tahun sebelumnya. Kedaulatan pangan salah satunya. Sungguh miris bila kita menyaksikan beberapa kali tayangan berita seputar Nusantara. Bencana kelaparan terjadi. Orang orang miskin terpaksa makan nasi sisa, itupun kalau ada. Bahkan banyak kasus anak anak sebagai kelmpok paling lemah, harus menahan lapar dan hanya mampu meneteskan air mata.

Indonesia yang dikenal dan menyebut diri sebagai negara agrasi, pelan tapi pasti mulai tinggalkan sebutan Negara Agraris yang sepertinya tak terlalu “keren” dan mulai menggeser diri menjadi negara Industrialis. Dengan resiko membabat dan mengganti lahan lahan subur pertanian menjadi kawasan industri yang tak cukup ramah dengan dunia pertanian.

Setiap tahun Indonesia tidak lepas mengimpor produk pangan dari negara lain. Menteri Pertanian Suswono menyebut ada 3 masalah utama yang membuat Indonesia masih mengimpor produk pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

“Untuk mencapai stabilitas pangan tidaklah mudah. Harus ada kerja keras karena kita masih dihadapi berbagai persoalan seperti keterbatasan lahan, adanya organisme penyakit tanaman atau OPT, dan perubahan iklim. Khususnya perubahan iklim, ini yang menyebabkan di mana pemenuhan kebutuhan tidak mencukupi untuk waktu-waktu tertentu, dan impor adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nasional,” kata Suswono di acara Peluncuran Single Sign On (SSO) Karantina dan Layanan Elektronik (E Service) Perizinan Terintegrasi Dalam Kerangka INSW di Hotel Borobuddur, Jakarta, Senin (18/11/2013).

Namun begitu, impor pangan Indonesia menurun setiap tahun. Suswono menyebut, data statistik impor produk pangan menurun selama 2 tahun terakhir. Di periode yang sama, ekspor produk pertanian Indonesia malah meningkat.

“Data statistik dalam 2 tahun terakhir menyebut volume ekspor produk pertanian Indonesia di tahun 2011 sebesar 30 juta ton dan di tahun 2012 sebesar 31 juta ton, atau meningkat 1,3%. Sedangkan untuk impor produk pangan tercatat di tahun 2011 sebesar 23 juta dan di tahun 2012 sebesar 19 juta atau turun 12%. Tetapi volume perdagangan pertanian memang tinggi dan meningkat,” katanya.

Pangan yang menjadi kebutuhan harian umat manusia dan pastinya rakyat Indonesia tidak dipandang sebagai lahan industri yang menjanjikan. Dan kita sepertinya lebih bangga dan bergairah untuk membeli dan mengkonsumsi produk pangan dari luar. Dari dari salah satu media elektronik Indonesia menyebutkan bahwa 65% produk pangan Indonesia berasal dari Import. Beras, Kacang Kedelai dan gula, tiga bahan pangan yang masih selalu dan terus di import Indonesia.